Arsip saya

Powered By Blogger

Rabu, 13 Oktober 2010

UJIAN MID SEMESTER (TAKE HOME) PSI. BELAJAR

NAMA : ALFINE PEBRINA. PINEM

NIM : 081301001

MATA KULIAH : PSIKOLOGI BELAJAR

UJIAN MID SEMESTER

1. a. 1. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran

b. Jelaskan perbedaan belajar dan pembelajaran beserta contoh

c. Jelaskan keterkaitan belajar dan pembelajaran beserta contoh

2. a. pengaruh behaviorisme seperti Pavlov, Skinner, dan Thorndike telah merumuskan teori belajar. Berilah penjelasan yang dilengkapi dengan contoh penerapannya dalam belajar sehingga terlihat perbedaan masing-masing teori tersebut.

b. pengaruh kognitivisme seperti, Bruner dan Ausubel telah merumuskan teori belajarnya. Berilah penjelasan yang dilengkapi dengan contoh penerapannya dalam belajar sehingga terlihat perbedaan masing-masing teori tersebut.

3. jelaskan hakikat teori sosial Bandura , dan dilengkapi dengan prinsip belajarnya. Selain Bandura memperkenalkan konsep “self efficacy” dalam teori belajar. Uraikan peranan konsep ini dalam proses belajar dengan memberi beberapa contoh penerapannya.

4. a. carilah kasus/fenomena tentang belajar yang sedang marak terjadi di sekitar saudara (minimal 10 kasus; sumber atau referensi harus disetarakan ).

b. bahaslah 3 kasus / fenomena diantaranya kasus / fenomena tersebut di poin (a) menurut teori belajar yang telah saudara pelajari. (tokoh dan sumber referensi harus disertakan)

Jawaban :

1. a. Belajar suatu proses perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu dan berasal dari pengalaman

Pembelajaran → suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

b. Belajar adanya proses perubahan perubahan perilaku dan dapat dilakukan oleh siswa saja dengan melakukan pengulangan dan latihan. Contohnya seorang siswa yang mengulang kembali materi yang sudah dia dapatkan dan mencari informasi baru yang belum diketahuinya. sedangkan pembelajaran dilakukan oleh dua pihak, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator bagi siswa untuk meningkatkan proses belajar. Contohnya seorang guru yang mengajarkan suatu informasi baru kepada siswanya dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat mengerti dan paham informasi tersebut.

c. bahwa belajar dapat diperoleh dari proses pembelajaran yaitu melalui informasi yang kita dapatkan dari guru sehingga dapat mengubah perilaku kita.

2. - Pavlov Belajar merupakan adanya proses stimulus dan respon. Pavlov mengemukak empat komponen dasar yaitu : stimulus yang tidak dikondisikan (UCS) stimulus yang dikondisikan (CS), respon yang tidak dikondisikan (UCR) dan respon yang dikondisikan (CR). Contohnya pada saat pertama masuk mata kuliah psikologi belajar saya merasa takut (UCS) sehingga saat ibu bertanya saya agak gugup (CS) lalu saat masuk pertemuan kedua saya sudah belajar untuk materi hari itu (CS) sehingga saat ditanya oleh ibu saya bisa menjawabnya (CR)

- Skinner Menurut skinner dalam belajar diperlukan penguatan dan pembagian dalam unit-unit. Misalnya seorang anak yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya ketika dia menjawab dengan benar maka sebaiknya diberikan penguatan seperti pujian atau memberikan reward dan menurut skinner agar belajar bisa efektif maka sebaiknya membaginya dalam unit-unit sehingga kita dapat belajar dengan mudah.

- Thorndike Menurut thorndike belajar yang efektif dengan melakukan pelatiha dan pengulangan misalnya ketika kita sudah mendapat materi dari dosen maka sebaiknya diulang kembali dirumah atau dengan membuat latihan-latihan sehingga kita dapat lebih paham dan mengerti dan tidak cepat lupa.

b. – Bruner Ada tiga sistem kemampuan yang disebut “modes of representation”. Diantaranya adalah:

Enactive à dimana salah satu mode yang merupakan aspek kenyataan yang tanpa menggunakan pencitraan ataupun kata-kata

Iconic à representasi ini memiliki dasar pencitraan internal, pengetahuan diperkenalkan dengan sejumlah kumpulan gambaran atau grafis yang mewakili sebuah konsep

Symbolic à representasi ini lebih berdasarkan kepada penggunaan bahasa

Contohnya, pada model enactive kita belajar melalui gerakan atau tindakan,seperti pada saat anak mulai berjalan, selanjutnya, iconic belajar melalui gambar atau ikon seperti buku-buku cerita yang ada gambar-gambarnya dan symbolic yang sudah mulai belajar abstrack, sudah dapat memikirkan tindakan apa yang seharusnya dilakukan atau belajar dari dunia maya seperti internet.

- Ausubel Menurut teori Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning), dimana kita belajar dengan proses mengaitkan informasi yang baru yang kita terima dengan konsep-konsep yang relevan dan sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dan belajar menghapal (rote learning) perlu apabila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya. Contohnya ketika kita mendapat suatu informasi baik yang di dapatkan dari dosen maupun dari belajar sendiri maka selanjutnya kita akan memasukkannya ke dalam kognitif agar tidak mudah lupa. Lalu kita akan menghapal apabila kita sebelumnya belum pernah mendengar informasi tersebut.

3. Konsep belajar bandura ada 2 yaitu :

1. Self efficacy (kecakapan diri) merupakan keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. Pada orang yang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu diluar kemampuannya cenderung akan mengalami frustasi dan putus asa dan bahkan selalu gampang menyerah. Jadi sebaiknya melakukan sesuatu yang sesuai dengan kemampuan sendiri. Contohnya kita disuruh untuk membuat suatu alat tes, tetapi sebenarnya kita tidak mampu untuk melakukannya, tapi kita melakukannya. Pastinya hasilnya akan gagal. Jadi sebaiknya jika kita memang merasa tidak mampu sebaiknya jangan melakukan hal itu karena saat kita gagal maka akan menyebabkan kita merasa rendah.

2. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.

Prinsip belajar yang digunakan dalam konsep Bandura ialah :

1. Belajar observasional yang menyatakan bahwa manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain dan menirunya(modeling)

2. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism) yaitu pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai determinism resiprocal sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.

4. Kasus

a. 1. Saya seorang ibu dengan 2 anak perempuan (4 tahun dan 10 bulan). Anak saya yang pertama sudah saya masukkan ke playgroup sejak umur 2 tahun 3 bulan, dengan tujuan agar dia bisa bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah. Hal ini saya lakukan, karena waktu itu, anak saya sama sekali tidak bisa pisah dengan saya. Bahkan bila saya ke kamar mandi pun dia ikut. Syukurlah setelah satu tahun dia sudah mulai beradaptasi dan senang pergi sekolah.
Menginjak tahun kedua di playgroup, saya mulai mencoba mengetes kemampuan akademisnya seperti mencoba bertanya tentang angka-angka atau alfabet. Ternyata, dia tidak bisa mengucapkan, kalau tidak dikasih tahu awalannya. Seperti angka satu harus dimulai angka ’sa...’ dia baru jawab ’...tu’. Berulang-ulang tetap saja begitu. Bahkan dia seperti tidak suka melihat angka. Menurut saya, si sulung tidak bisa menerima tekanan, konsentrasinya kurang, dan cepat sekali bilang capek kalau saya mulai bertanya tentang huruf, atau apa saja yang bisa membuat dia bosan. Tetapi kalau lagu di sinetron kok dia cepat sekali ya hapalnya? Bagaimanakah cara yang efektif untuk mengenalkan angka dan huruf padanya? Apakah daya konsentrasinya yang terbatas itu karena pengaruh alerginya? (Dia terkena alergi mulai umur 9 bulan, diare hebat hingga umur 11 bulan.

2. Putri kami 5 tahun 7 bulan, semestinya dia masuk TK-B, namun karena saat-saat terakhir duduk di TK-A dia malas ke sekolah,akhirnya saya memutuskan memasukkan dia ke SD. Setelah mengikuti Psikotest & wawancara dia diterima di salah satu SD unggulan. Yang membuat saya sedih, setelah 2 minggu di sekolah baru, Reihan membuat banyak sekali alasan untuk tidak masuk sekolah, misalnya : “Mama, aku nggak mau sekolah disana, temennya jahat- jahat”. “Mama, aku capek”. “Mama, kalau pakai baju ini aku nggak cantik”. “Mama aku mau ke TK B dulu”,” Mama hari ini aku mau melukis buat mama”.. dsb. Terhitung sampai sekarang, sehari dia masuk sehari tidak. Kalau pun masuk itu pun setelah saya bujuk-bujuk. Kalau saya tidak tega akhirnya saya biarkan dia main dirumah. Jangan-jangan keputusan kami memasukan anak terlalu dini ke SD justru akan ’membunuh’ karakternya. Haruskah saya kembalikan Reihan ke TK-B, haruskah saya memindahkan sekolahnya ke sekolah umum, atau tetap menyekolahkan dia disana? Sampai berapa lama saya harus memberikan toleransi untuk masa penyesuaiannya?

3. Saya Ibu dari seorang Putra yang kini duduk dibangku sekolah dasar, tepatnya kelas tiga. Sebenarnya anak saya adalah anak yang cerdas, prestasi di sekolahnya pun lumayan, namun ia malas belajar, tidak pernah saya lihat ia duduk di depan meja belajarnya untuk mengulang pelajaran. Kegemarannya adalah bermain PS berjam-jam. Pernah saya tegur tapi ia tidak menunjukan perubahan sikap yang berarti. Saya kuatir masalah ini berlanjut, bagaimana cara agar ia mau peduli untuk lebih banyak membaca daripada sekadar bermain di depan PS.

4. Studi kasus tentang anak underachiever ini berawal dari kepedulian seorang guru Sekolah Dasar terhadap anak didiknya, dimana guru menemukan penurunan prestasi pada si anak dan perilaku anak yang jarang memperhatikan materi pelajaran yang sedang dijelaskan. Selain itu, guru juga merasa prihatin karena tidak ada perhatian dari orang tua kepada anaknya berupa keluhan atas penurunan prestasi belajar kepada pihak sekolah. Karakteristik yang muncul bahwa subjek kurang memperhatikan, sikap tidak tenang, cenderung gelisah, hiperaktif, IQ di atas rata-rata berdasarkan tes Binet, tetapi nilai subjek hanya rata-rata kondisi psikologis yang dirasakan subjek akibat perlakuan anggota keluarga serta kondisi lingkungan fisik yang tidak mendukung untuk belajar.

5. Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang baru naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga, orang tuanya sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-susah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu pihak Lia bangga sebagai anak desa bisa diterima, tetapi di lain pihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak kerasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

6. saya mempunyai seorang anak bernama Diva. Dia adalah orang yang selalu mematok target untuk sesuatu yang dia maui. Dia juga mudah tertantang. Misalnya, kalau ditanya orang diam saja, saya tidak pernah menyuruh atau memaksanya bicara. Saya tantang dia dengan berkata, “Wah, nanti orang itu akan cerita ke teman-temannya bahwa Diva tidak bisa omong.” Nah, langsung Diva akan bicara karena dia tak mau orang mengenalnya sebagai Diva yang tidak bisa bicara. Pada usia 2 tahun, Diva juga saya “tantang” untuk belajar bahasa Inggris. Saya katakan kepadanya, orang yang bisa bahasa Inggris pasti banyak teman karena ia bisa mengobrol dengan orang dari seluruh dunia. Diva antusias sekali. Apalagi di pre-school-nya sekarang, banyak orang asingnya. Diva sudah terbiasa menggunakan kata- kata dalam bahasa Inggris. Baru-baru ini Diva juga ingin dibelikan jam. Saya tidak mau membelikannya langsung. Saya ingin mendidiknya bahwa kalau ingin reward sesuatu, harus ada usaha atau jerih payah yang harus dijalaninya dulu. Waktu kuliah psikologi anak, saya sempat diberikan pelajaran metode Bintang untuk merangsang anak mencapai goal yang diinginkannya. Saya katakan padanya, “Oke, Mama akan belikan jam untuk Mbak Diva tapi ada Bintang yang harus dicapai. Kalau tiap bangun tidur Mbak Diva langsung gosok gigi dan minum susu, Mama kasih Bintang warna kuning. Kalau tidak, dapat bintang merah. Selama dua minggu program itu kami jalani. Ternyata, pada akhir minggu kedua, Diva lebih banyak mengumpulkan bintang kuning. Nah, usahanya itu membuahkan hadiah jam tangan buatnya.

7. Adrianto adalah salah satu siswa yang duduk di kelas VI SD Negeri 18 Kota parepare, guru kelasnya bernama ibu Azwar Ramli, A.Ma, saat ini Anto sudah berumur 12 Tahun karena ia lahir pada tanggal 6 Juni 1996, ia adalah anak ke- 2 dari 4 (Empat) bersaudara, anak ini berasal dari keluarga yang kurang mampu, dimana ayahnya seorang supir taksi dan ibunya seorang penjual nasi kuning. Setelah saya mengadakan pengamatan terhadap Anto maka saya dapat menyimpulkan bahwa anak ini mengalami masalah dimana ia termasuk anak yang lambat dalam menangkap pelajaran. karena di saat proses belajar mengajar berlangsung ia selalu bermain, bercerita dan keluar masuk kelas, sehingga perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, dan ternyata anak ini sering tidak naik kelas waktu kelas 1,2 dan 3. Hal ini yang menyebabkan dia masih duduk dibangku SD, padahal semestinya dia sudah duduk dibangku SMP

8. Saya punya adik yang bisa dibilang sangat cerdas, sebab bagi saya ia lebih cerdas dibanding say. Semenjak kecil hingga kini, ia bersekolah dengan unik. Maksud saya, ketika TK, ia pernah nggak mau masuk kelas, karena bukunya ketinggalan. Ataupun ia tetap masuk kelas, tapi justru malah tidak bisa diam bukannya menulis, dsb. Persepsi saya ia adalah anak yang memiliki kelebihan di kinestetik dan visual. Saat SD, dia tiga kali pindah sekolah, sebab memang pindah domisili ketika itu. Terkadang kalo ada masalah di sekolah..ntah itu gurunya galak, atau temannya ada yang jahilin, dia tidak mau masuk sekolah. Namun meski dia tidak masuk sekolah, ia senantiasa di rumah (alias nggak nglayap kemana-mana). Uniknya, meski sering bolos (pernah dalam 1 semester nggak masuk 30 hari), nilainya bagus-bagus dan senantiasa masuk kelompok terbaik. Tidak jarang saya memergoki ia belajar sendiri di kamar saat bolos. Dari situ saya beranggapan, sebenarnya dia tahu sendiri..kapan ia ‘mood’ belajar dan tahu cara ia belajar. Hanya saat-saat tertentu dia butuh bimbingan/diajari oleh saya. Dahulu, jika saya ajari matematika, ia cepat menyerap, begitupun mata pelajaran lainnya yang logis-analistis. Kini ia hendak melanjutkan ke SLTA, UAN tinggal 2 bulan lagi. Tiba-tiba semenjak beberapa bulan yang lalu, kembali kebosanan timbul dalam dirinya, dia malas ke sekolah, sehingga kemaren orang tua saya dipanggil ke sekolah melihat absennya yang banyak. Orang tuaku mengatakan pada gurunya, meskipun ia tidak masuk sekolah, ia senantiasa di rumah, tidak kemana-mana. Gurunya menyayangkan nilai-nilai dia yang turun. Adikku juga pernah menolak untuk tidak dimasukkan ke kelas tambahan IPA, (dimana isinya ana-anak unggulan yang mendapat peringkat di kelas). Jadi bingung nih..baiknya gimana yah?

9. Saya mempunyai seorang adik berumur 11 tahun dan duduk di kelas 6 SD(sekolah Dasar). Sebelum adik saya pandai bermain computer, dia lumayan rajin belajar dan prestasinya disekolah juga cukup bagus. Tetapi pada saat sudah duduk dikelas 6 karena diajari dia sudah bisa menggunakan computer bahkan dapat membuka internet. Sekarang dia sudah malas belajar dengan membaca buku, dia lebih suka membuka internet dan mengambil tugas dari situ. Yang membuat saya merasa cemas dia belajar sambil bermain game yang ada di internet. Dan ini dapat berakibat pada penurunan prestasi belajarnya. Apa yang harus saya lakukan agar adik saya tidak sering menggunakan internet.

10. Anak saya baru 1 usianya sekarang 7.5 tahun. Pada usia 5,5 saya memasukkan SD karna saya pikir secara akademis yazid bisa-tes IQ superior- ternyata secara mental yazid belum siap. dapat 1 semester ayazid berhenti sekolah. sebagai orangtua kami merasa telah dzholim terhadap anak. akhirnya sampa dengan sekarang saya menerapkan HS pada yazid. untuk pelajaran saya suka merujuk pada pelajaran sekolah tempat abinya mengajar. untuk sosialisasi yazid saya ikutkan kursus sempoa dan b.inggris. alhamdulillah yazid cukup enjoy sampai saat ini. namun ada beberapa yang ‘mengganjl’ di hati saya tentang bagaimana dengan ujian nanti?karna yang saya tau /dapat info agak sulit/di persulit oleh DIKNAS apabila HS mandiri/tidak ikut wadah. sebenar nya seminar yang nanti di adakan itu mewakili ‘ganjalan hati’ saya tapi sanyag nya karna satu dan lain hal saya tidak dapat ikut. selama ini saya bercermin dari keluarga HS termsuk mas dan mbak sebagai masukan saya dalam menerapkan HS bagi anak saya. saya dan suami berterima kasih pada mas n mbak karna rumah inspirasi benar-benar menjadi inspirasi bagi kami. Tolong di jawab ‘kegalauan hati’ saya?

b. pembahasan kasus

kasus 1 : berdasarkan kasus diatas, memang beberapa anak dengan usia 2 tahun sudah bisa mengenal angka dan huruf tapi tidak semua anak yang bisa seperti itu. Karena seharusnya mereka masih bermain-main,jadi jangan terlalu dipaksakan untuk belajar. Karena ini dapat membuatnya menjadi bosan untuk belajar. Kita dapat mengajaknya anak belajar sambil bermain. Misalnya dengan memperdengarkan kepada anak musik/lagu yang menyanyikan pengenalan huruf atau angka misalnya lagu ABC, dengan begitu mungkin anak dapat lebih mudah mengingat dan mengenal angka dan huruf. Juga dapat dilakukan dengan mengajak anak bermain dengan mencari huruf-huruf atau angka yang diletakkan pada beberapa sudut ruangan. Selain itu kita dapat menunjukkan kepada anak buku dengan dilengkapi gambar-gambar dengan warna-warni yang yang dapat membuat anak menjadi tertarik untuk mempelajarinya. Jadi untuk melakukannya kita dapat menggunakan teori Brunner pada mode Iconik.

kasus 3 : dari kasus di atas dikatakan bahwa anak tersebut lebih banyak bermain PS daripada belajar. Kita dapat membangun lagi belajarnya tanpa menghilangkan bermainnya. Karena dengan melarang anak bermain belum tentu dapat meningkatkan belajarnya, malahan dapat semakin membuatnya malas belajar. Dengan menggunakan teori Thorndike yaitu dengan memberikan penguatan pada anak saat dia memunculkan perilaku yang kita harapkan yaitu belajar. Anak kita berikan bermain PS hanya apabila dia sudah belajar dan sudah menyelesaikan tugasnya dan ini harus selalu kita lakukan. Pada saat anak tidak mau belajar maka kita harus menyembunyikan PS tersebut sampai anak mau belajar.

Kasus 9 : memang sebenarnya maraknya internet dapat menyebabkan anak lebih suka bermain game daripada belajar. Tetapi ini tergantung individunya sendiri, bagaimana menyikapinya. Berdasarkan teori Skinner, dia menyatakan bahwa belajar melalui media seperti computer maupun belajar secara online anak dapat belajar apa yang mereka inginkan dengan lebih terfokus dan dapat belajar mandiri, karena mereka belajar tanpa mendengarkan ceramah tapi mereka bekerja sendiri. Tapi juga harus dengan pengawasan orangtua. Kita harus mengarahkan anak untuk belajar dengan efektif. kita tidak perlu memberikan anak hukuman tapi kita dapat meningkatkan dengan belajar dengan penguatan.

Sumber Referensi :

1. Hergenhahn. B. R & Olson. Matthew H (2008). Theories of Learning (7th ed)

2. Sumber : http://www.inspiredkidsmagazine.com/forum_children.php

3. http://rumahinspirasi.com/homeschooling/homeschooling-usia-dini

4. http://wwwbio-gobang.blogspot.com/2010/01/studi-kasus-anak-bermasalah.html

5. http://chrisna.blogdetik.com/2009/01/29/mendidik-anak-dengan-ilmu-psikologi-bangku-kuliah/

6. http://chrisna.blogdetik.com/2009/03/15/memahami-dan-menolong-siswa-yang-kurang-pd/

14 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar