Arsip saya

Powered By Blogger

Sabtu, 27 Februari 2010

Tugas Kelompok "Empat Tahapan Ujian Menurut Nisbet"

4 tahapan ujian pembaruan pendidikan menurut Nisbet:

1. The Increase in Workload ( pertambahan beban kerja) ,
Yaitu suatu konsep baru yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mengantisipasi kekurangan dari konsep yang sudah ada, sehingga ketika terjadi masalah, kita tidak terlalu repot untuk mencari penyelesaiannya.
Contoh :
Dulu kami punya konsep bahwa ketika hendak mengikuti perkuliahan psikologi sosial, kami tidak perlu memahami topic secara mendalam, cukup hanya membacanya saja. Setelah itu, kami membuat suatu konsep baru behwa untuk mengikuti kuliah psikologi sosial, kami harus benar- benar mambaca dan memahami topic yang diajarkan, agar ketika ditanya dosen kami bisa menjawab dan tidak dikeluarkan dari kelas.

2. Loss of Confidence (kehilangan kepercayaan) ,
Yaitu pendidik harus mempersiapkan diri dengan baik sehingga ketika peserta didiknya memberikan ide-ide, pendidik tersebut mampu untuk merespon dan peserta didik yakin bahwa pendidik tersebut memang mahir dalam bidangnya.
Contoh :
Pada salah satu mata kuliah di psikologi, ada seorang dosen yang tampaknya tidak siap ketika mengajar (dosen baru). Dan ketika mahasiswa bertanya, dosen itu tidak tahu menjawabnya dan beralasan pertanyaan itu melenceng dari topic yang sedang dibahas, atau pertanyaan itu tidak masuk dalam ujian. Jadi mahasiswa beranggapan bahwa dosen itu tidak mahir sebagai pendidik.

3. The Period of Confusion (masa kacau) ,
Yaitu ketika konsep baru belum memiliki arah dan tujuan yang jelas, maka masalah atau gangguan mungkin saja terjadi, namun pendidik masih bisa mengatasinya.
Contoh :
Ketika kita dibagi dalam suatu kelompok, dimana kelompok ini belum mempunyai tujuan yang jelas, sehingga memungkinkan terjadinya social loafing, maka pendidik berperan untuk mengarahkan agar tujuan dari kelompok itu jelas.

4. The blacklash ,
Yaitu jika terjadi masalah, maka dipecahkan menurut upaya-upaya pembaruan.
Contoh :
Kami sulit menghafal begitu banyak bahan mata kuliah di psikologi, kami gunakan mind map.



Anggota kelompok :

* Alfine Pebrina ( 08- 001)

* Risa Fadila ( 08- 003 )

* Dewi R.M.H ( 08- 055)

* Susi Tambunan ( 08-061)

* Laura Feronika (08- 092)

Jumat, 26 Februari 2010

tugas paedagogi individu 2

Menurut Nisbet pembaharua pendidikan bisa melalui empat tahapan ujian. Coba kamu pahami ke empat prinsip tersebut dengan menggunakan katamu sendiri kemudian beri contoh konkrit yang menggambarkan proses pendidikan yang terjadi pada dirimu sendiri.

Jawaban :
Sistem pendidikan itu selalu berubah-ubah untuk mendapatkan hasil yang baik, sehingga perlu adanya pembaruan di dalam pendidikan tersebut baik dari struktur kurikulumnya, sistem pendidikannya dan metode pengajarannya. Supaya sistem pembaruan tersebut dapat diterima di dalam pendidikan. Ada empat tahapan ujian dalam prinsip menurut Nisbet yaitu :

1. The incres in workload (pertambahan beban kerja) artinya, untuk melakukan sebuah pembaharuan harus sudah dipikirkan dulu jauh sebelumya, agar jika waktunya tiba tidak terburu-buru.
Contohnya : Ketika diberikan tugas kelompok, seharusnya saya mengerjakannya jauh – jauh hari jadi pada saat akan dikumpulkan saya tidak terburu-buru untuk mencari-cari jawabannya lagi.

2. Loss of Confidence (kehilangan kepercayaan) yaitu, mempersiapkan diri dengan menambah skill yang dimiliki dalam rangka menerima dan mengembangkan ide-ide baru sehingga tidak canggung untuk membagikannya pada yang lain.
Contohnya : ketika saya ingin presentase, saya harus mempersiapkannya dulu baik dari materi yang akan dibagikan maupun mempersiapkan diri sendiri, sehingga pad asaat presentase tidak canggung lagi untuk membagikannya pada yang lain dan ketika teman bertanya saya dapat menjawab dengan baik.

3. The period of confusion (masa kacau) artinya, sebelum mengerti arah dan tujuan dari pembaharuan, maka akan muncul kekacauan tetapi ini masih bisa diatasi.
Contohnya : ketika sedang mendegarkan materi perkuliahan saya tidak memahami apa maksud dan inti dari yang disampaikan dosen maka akan timbul rasa ketidakpuasan atau kekacauan. Tapi ini mungkin masih bisa diatasi dengan bertanya pada dosen atau membaca buku tentang materi tersebut.

4. The blacklash artinya, apabila ada permasalahan yang muncul maka hendaknya dipecahkan menurut upaya-upaya pembaharuan.
Contohnya : apabila dalam cara belajar saya kurang efektif sehingga nilai saya buruk maka saya harus memperbaikinya dengan belajar lebih efektif lagi.

27 Februari 2010 , alfine pebrina pinem

Sabtu, 20 Februari 2010

Dengan Lidi Tusuk Sate kita dapat Berpikir dan Belajar

1.Analisis proses pengerjaan pembuatan bintang dan dikaitkan dengan teori..

Pembuatan bintang juga dapat dihubungkan dengan filsafat. Berdasarkan landasan filosofis pendekatan falsafah menghasilkan filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat yang menerapkan cara kerja filsafat untuk menelaah pendidikan. Berfilsafat juga merupakan salah satu kegiatan manusia, dimana manusia akan berusaha untuk mencapai kebijaksanaan dan kearifan. Dalam pembuatan bintang juga merupakan sebuah kegiatan yang diberikan dan berharap dapat mencapainya dengan menyelesaikan pembuatan bintang dengan dan menghasilkan bintang yang kokoh. Saat pembuatan bintang berlangsung digunakan salah satu ciri-ciri berpikir manusia yaitu berpikir universal yakni berpikir secara menyeluruh, tidak khusus, tidak terbatas kepada bagian-bagian tertentu. Tidak ada pemikiran untuk menciptakan trik-trik atau metode khusus yang dapat dengan mudah membentuk bintang yang kokoh dari lidi tusuk sate hanya berpikir secara keseluruhan dengan mencoba – coba cara yang apabila gagal maka diganti dengan cara yang lain atau yang biasa disebut metode trial and error. Dan juga filsafat pendidikan seyogianya harus sampai kepada penyelesaian secara tuntas tentang baik dan buruk, tentang persyaratan kehidupan yang baik serta sempurna, ketika disuruh membuat bintang diharapkan dapat menyelesaikan secara tuntas dengan melakukan cara apapun hingga akhirnya akan membentuk bintang yang kokoh yang apabila dibolak-balikkan akan tetap kuat dan tetap sempurna.
Filsafat juga berguna bagi kita dan dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan, antara lain sebagai berikut :
• Membiasakan berpikir kritis dan reflektif terhadap problema – problema kehidupan, saat disuruh membuat bintang ini dapat juga kita aplikasikan dalam kehidupan, kita diberikan problema yang harus diselesaikan oleh karena itu kita harus berpikir secara kritis dan reflektif sehingga dalam pemecahan problema tersebut dapat diselesaikan dengan bijak.
• Memberikan pengertian mendalam akan problema-problema esensial dan dasar-dasar pertimbangan yang mana yang harus digunakan untuk menyelesaikan problema tersebut. Harus dipahami dulu apa sebenarnya masalah yang dihadapi misalnya dalam pembuatan bintang kita harus memberikan atensi yang lebih untuk menemukan penyelesaian problema tersebut.
Menurut John Dewey pertumbuhan merupakan suatu perubahan perilaku yang berlangsung terus-menerus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya dan juga apabila suatu tujuan telah tercapai , maka hasil tujuan tersebut menjadi alat untuk mencapai tujuan berikutnya. Ketika bintang sudah terbentuk maka itu berarti telah mencapai suatu hasil dan pastinya ingin mencapai hasil yang selanjutnya juga, dan hasil yang sudah dicapai atau bintang yang udah jadi akan menjadi penguat bagi kita untuk menyelesaikan yang lainnya. Pada proses belajar menurut Dewey pengalaman indra juga penting dan mengembangkan inteligensi sehingga dapat memecahkan masalah, ketika disuruh membuat bintang kita pasti langsung membayangkan bentuk bintang seperti apa dan ini butuh pengalaman indra karena bintang memang sudah dikenal maka mencoba untuk membentuk bintang dengan menghubungkan lidi tusuk sate ke lidi yang lainnya ssambil membayangkan bentuk bintang dan mungkin ini bisa saja dibutuhkan inteligensi walaupun kreativitas adalah hal yang perlu ketika ingin membentuk bintang. Sehingga akhirnya permasalahan – permasalahan dapat diselesaikan.
Berdasarkan landasan Psikologis, apabila seseorang berhasil mencapai suatu tujuan maka dapat mendatangkan kebahagiaan dan membantu keberhasilan dalam menyelesaikan tugas berikutnya. Perilaku manusia dapat dibedakan dalam hal cognitive domain yakni:
• Knowledge , yaitu kemampuan untuk mengingat kembali dari hal – hal yang telah diterima, mencoba mengingat bagaimana cara pembuatan bintang yang telah diketahui sebelumnya setelah itu mencoba untuk membentuknya.
• Comprehension , yaitu kemampuan menangkap makna yang terkandung dalam sesuatu hal yang telah diterima, melihat apa makna yang didapatkan setelah membuat bintang, misalnya saja kita mendapat makna kalau diberikan suatu masalah dalam sebuah kelompok akan lebih cepat dapat diselesaikan dengan bekerja sama dan kelompok yang kohesive akan lebih sukses daripada yang tidak.
• Application , yaitu kemampuan untuk menggunakan hal yang telah diterima itu dalam hal menghadapi suatu situasi yang nyata, ini dapat digunakan ketika sedang menghadapi masalah yang lain dan ini dapat dibuat menjadi penguat bagi kita.
• Analysis , yaitu kemampuan memecah belah sesuatu hal kedalam bagian-bagian yang terkecil hingga membentuk struktur yang dapat dimengerti
• Syntesa , yaitu kemampuan menyusun sesuatu yang terpecah belah hingga menjadi suatu struktur yang berarti, contohnya pembuatan bintang, awalnya dari lidi tusuk sate setelah disatukan dengan tehnik dan trik-trik yang sesuai maka menjadi bentuk bintang yang kokoh dan sempurna.
Juga berdasarkan teori Humanistik teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai. Dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa mencakup tiga kawasan yaitu :
1. Kognitif yang terdiri dari enam tingkatan :
• Pengetahuan mengingat (menghapal)
• Pemahaman (menginterpretasikan)
• Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
• Analisis (menjabarkan suatu konsep)
• Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
• Evaluasi (membandingkan nilai-nilai , ide, metode , dan sebaginya)

2. Psikomotor yang terdiri adari lima tingkatan
• Peniruan (menirukan)
• Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerakan)
• Ketepatan
• Perangkaian
• Naturalisasi
3. afektif yang terdiri dari lima tingkatan
• Pengenalan
• Merespon (aktif berpartisipasi)
• Penghargaan (menerima nilai – nilai setia pada nilai-nilai tertentu)
• Pengorganisasian
• Pengamalan

Referensi :
1. Drs. H. Burhanuddin Salam “Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik)”
2. Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd. “Paradigma Baru Pembelajaran”


20 Februari 2010 Alfine Pebrina. Pinem

Kamis, 18 Februari 2010

tugas diskusi kelompok "pembuatan bintang"

1. Mengapa dengan lidi tusuk sate bisa membentuk bintang yang tidak lepas daripada menggunakan lidi tusuk gigi?
1. Karena lidi tusuk sate lebih panjang daripada lidi tusuk gigi
2. Karena lidi tusuk sate lebih mudah dikaitkan daripada lidi tusuk gigi
3. Karena setiap lidi tusuk sate punya pengait sehingga lebih mudah dalam mengaitkannya dan kaitannya ini berbentuk lampion, sehingga ketika dikaitkan bintang yang terbentuk menjadi lebih kuat dan susah lepas meskipun diputar-putar.
2. Bagaimana anggota kelompok bersinergi di dalam kelompok dalam membuat bintang dengan lidi?
Kami membuat bintang awalnya dengan melakukan teknk trial and error yaitu dengan mencoba berbagai cara tanpa memikirkan teknik-teknik yang lain dan memang ini adalah cara yang salah dan menghabiskan waktu, namun kami tetap bersemangat karena Ibu Dina selalu memberikan kami semangat dan motivasi bahwa kami pasti bisa melakukannya. Kemudian kami mengubah teknik yaitu dengan mencoba membuka lampion yang ada di ujung lidi itu. Kami membuat lampion menjadi pengait lidi yang satu ke lainnya tapi kenyataannya tidak berhasil dan Ibu Dina juga mengatakan kalau lampion itu bukan menjadi pengait lidi. Lalu kami berpikir lagi apalagi melihat kelompok lain sudah selesai dan tinggal kelompok kami yang belum selesai. Kami mencoba lagi dengan mengaitkan ujung lidi ke bawah lampion (yang mengaitkan lampion dengan lidi) dan mengatur mana lidi yang di atas dan mana yang di bawah dan akhirnya kami berhasil.
Nama Anggota Kelompok :
1. Alfine Pebrina Pinem 08-001
2. Susi M Tambunan 08-061
3. Laura Feronika 08-092

tugas diskusi kelompok "pembuatan bintang"

1. Mengapa dengan lidi tusuk sate bisa membentuk bintang yang tidak lepas daripada menggunakan lidi tusuk gigi?

1. Karena lidi tusuk sate lebih panjang daripada lidi tusuk gigi

2. Karena lidi tusuk sate lebih mudah dikaitkan daripada lidi tusuk gigi

3. Karena setiap lidi tusuk sate punya pengait sehingga lebih mudah dalam mengaitkannya dan kaitannya ini berbentuk lampion, sehingga ketika dikaitkan bintang yang terbentuk menjadi lebih kuat dan susah lepas meskipun diputar-putar.

2. Bagaimana anggota kelompok bersinergi di dalam kelompok dalam membuat bintang dengan lidi?

Kami membuat bintang awalnya dengan melakukan teknk trial and error yaitu dengan mencoba berbagai cara tanpa memikirkan teknik-teknik yang lain dan memang ini adalah cara yang salah dan menghabiskan waktu, namun kami tetap bersemangat karena Ibu Dina selalu memberikan kami semangat dan motivasi bahwa kami pasti bisa melakukannya. Kemudian kami mengubah teknik yaitu dengan mencoba membuka lampion yang ada di ujung lidi itu. Kami membuat lampion menjadi pengait lidi yang satu ke lainnya tapi kenyataannya tidak berhasil dan Ibu Dina juga mengatakan kalau lampion itu bukan menjadi pengait lidi. Lalu kami berpikir lagi apalagi melihat kelompok lain sudah selesai dan tinggal kelompok kami yang belum selesai. Kami mencoba lagi dengan mengaitkan ujung lidi ke bawah lampion (yang mengaitkan lampion dengan lidi) dan mengatur mana lidi yang di atas dan mana yang di bawah dan akhirnya kami berhasil.

Nama Anggota Kelompok :

1. Alfine Pebrina Pinem 08-001

2. Susi M Tambunan 08-061

3. Laura Feronika 08-092