Arsip saya

Powered By Blogger

Sabtu, 20 Februari 2010

Dengan Lidi Tusuk Sate kita dapat Berpikir dan Belajar

1.Analisis proses pengerjaan pembuatan bintang dan dikaitkan dengan teori..

Pembuatan bintang juga dapat dihubungkan dengan filsafat. Berdasarkan landasan filosofis pendekatan falsafah menghasilkan filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat yang menerapkan cara kerja filsafat untuk menelaah pendidikan. Berfilsafat juga merupakan salah satu kegiatan manusia, dimana manusia akan berusaha untuk mencapai kebijaksanaan dan kearifan. Dalam pembuatan bintang juga merupakan sebuah kegiatan yang diberikan dan berharap dapat mencapainya dengan menyelesaikan pembuatan bintang dengan dan menghasilkan bintang yang kokoh. Saat pembuatan bintang berlangsung digunakan salah satu ciri-ciri berpikir manusia yaitu berpikir universal yakni berpikir secara menyeluruh, tidak khusus, tidak terbatas kepada bagian-bagian tertentu. Tidak ada pemikiran untuk menciptakan trik-trik atau metode khusus yang dapat dengan mudah membentuk bintang yang kokoh dari lidi tusuk sate hanya berpikir secara keseluruhan dengan mencoba – coba cara yang apabila gagal maka diganti dengan cara yang lain atau yang biasa disebut metode trial and error. Dan juga filsafat pendidikan seyogianya harus sampai kepada penyelesaian secara tuntas tentang baik dan buruk, tentang persyaratan kehidupan yang baik serta sempurna, ketika disuruh membuat bintang diharapkan dapat menyelesaikan secara tuntas dengan melakukan cara apapun hingga akhirnya akan membentuk bintang yang kokoh yang apabila dibolak-balikkan akan tetap kuat dan tetap sempurna.
Filsafat juga berguna bagi kita dan dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan, antara lain sebagai berikut :
• Membiasakan berpikir kritis dan reflektif terhadap problema – problema kehidupan, saat disuruh membuat bintang ini dapat juga kita aplikasikan dalam kehidupan, kita diberikan problema yang harus diselesaikan oleh karena itu kita harus berpikir secara kritis dan reflektif sehingga dalam pemecahan problema tersebut dapat diselesaikan dengan bijak.
• Memberikan pengertian mendalam akan problema-problema esensial dan dasar-dasar pertimbangan yang mana yang harus digunakan untuk menyelesaikan problema tersebut. Harus dipahami dulu apa sebenarnya masalah yang dihadapi misalnya dalam pembuatan bintang kita harus memberikan atensi yang lebih untuk menemukan penyelesaian problema tersebut.
Menurut John Dewey pertumbuhan merupakan suatu perubahan perilaku yang berlangsung terus-menerus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya dan juga apabila suatu tujuan telah tercapai , maka hasil tujuan tersebut menjadi alat untuk mencapai tujuan berikutnya. Ketika bintang sudah terbentuk maka itu berarti telah mencapai suatu hasil dan pastinya ingin mencapai hasil yang selanjutnya juga, dan hasil yang sudah dicapai atau bintang yang udah jadi akan menjadi penguat bagi kita untuk menyelesaikan yang lainnya. Pada proses belajar menurut Dewey pengalaman indra juga penting dan mengembangkan inteligensi sehingga dapat memecahkan masalah, ketika disuruh membuat bintang kita pasti langsung membayangkan bentuk bintang seperti apa dan ini butuh pengalaman indra karena bintang memang sudah dikenal maka mencoba untuk membentuk bintang dengan menghubungkan lidi tusuk sate ke lidi yang lainnya ssambil membayangkan bentuk bintang dan mungkin ini bisa saja dibutuhkan inteligensi walaupun kreativitas adalah hal yang perlu ketika ingin membentuk bintang. Sehingga akhirnya permasalahan – permasalahan dapat diselesaikan.
Berdasarkan landasan Psikologis, apabila seseorang berhasil mencapai suatu tujuan maka dapat mendatangkan kebahagiaan dan membantu keberhasilan dalam menyelesaikan tugas berikutnya. Perilaku manusia dapat dibedakan dalam hal cognitive domain yakni:
• Knowledge , yaitu kemampuan untuk mengingat kembali dari hal – hal yang telah diterima, mencoba mengingat bagaimana cara pembuatan bintang yang telah diketahui sebelumnya setelah itu mencoba untuk membentuknya.
• Comprehension , yaitu kemampuan menangkap makna yang terkandung dalam sesuatu hal yang telah diterima, melihat apa makna yang didapatkan setelah membuat bintang, misalnya saja kita mendapat makna kalau diberikan suatu masalah dalam sebuah kelompok akan lebih cepat dapat diselesaikan dengan bekerja sama dan kelompok yang kohesive akan lebih sukses daripada yang tidak.
• Application , yaitu kemampuan untuk menggunakan hal yang telah diterima itu dalam hal menghadapi suatu situasi yang nyata, ini dapat digunakan ketika sedang menghadapi masalah yang lain dan ini dapat dibuat menjadi penguat bagi kita.
• Analysis , yaitu kemampuan memecah belah sesuatu hal kedalam bagian-bagian yang terkecil hingga membentuk struktur yang dapat dimengerti
• Syntesa , yaitu kemampuan menyusun sesuatu yang terpecah belah hingga menjadi suatu struktur yang berarti, contohnya pembuatan bintang, awalnya dari lidi tusuk sate setelah disatukan dengan tehnik dan trik-trik yang sesuai maka menjadi bentuk bintang yang kokoh dan sempurna.
Juga berdasarkan teori Humanistik teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai. Dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa mencakup tiga kawasan yaitu :
1. Kognitif yang terdiri dari enam tingkatan :
• Pengetahuan mengingat (menghapal)
• Pemahaman (menginterpretasikan)
• Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
• Analisis (menjabarkan suatu konsep)
• Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
• Evaluasi (membandingkan nilai-nilai , ide, metode , dan sebaginya)

2. Psikomotor yang terdiri adari lima tingkatan
• Peniruan (menirukan)
• Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerakan)
• Ketepatan
• Perangkaian
• Naturalisasi
3. afektif yang terdiri dari lima tingkatan
• Pengenalan
• Merespon (aktif berpartisipasi)
• Penghargaan (menerima nilai – nilai setia pada nilai-nilai tertentu)
• Pengorganisasian
• Pengamalan

Referensi :
1. Drs. H. Burhanuddin Salam “Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik)”
2. Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd. “Paradigma Baru Pembelajaran”


20 Februari 2010 Alfine Pebrina. Pinem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar